DIY - Jumat (7/2), Hujan deras menghujani Masjid Kampus UGM, mendung mulai menggumpal dan menghitam di langit utara bagian Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta tempat dimana Diponegoro pernah menjadi tidak sekadar Ulama, namun juga Umara sekaligus mujahidin yang berjihad melawan penjajah kafir. Begitulah salah satu yang di singgung Ust. Bahtiar Nashir Sekjend MIUMI tersebut kemarin sore.
Ust. Bachtiar Nashir memualai tabligh akbar itu dengan berkisah wafatnya Nabi Muhammad Saw, yang rasa kehilangan amat dirasakan oleh kaum muslimin khususnya parasahabat. Adalah Bilal yang tak sanggup adzan sebab ketika melantunkan adzan dan sampai pada menyebut "Muhammad", lidahnya kelu. Kisah itu membawa para pendengar menghayati bahwa Nabi sudah lama tiada dan pentingnya beliau beserta apa yang beliau bawa yakni, Islam.
Dalam kegiatan bertajuk Bekerja untuk Islam yang terselenggara berkat elemen muslim juga HIAS, sebagai sosialisasi peresmian MIUMI DIY pada pagi harinya, atau tadi pagi di PDHI jam 08.30. Ust Bachtiar Nashir kemudian bertutur mengenai Ummu Sulaim, ibunda Anas bin Malik. Perempuan dengan fisik yang lemah, namun dengan cinta dan keyakinannya itu! Ibunda Anas bin Malik menjadi gambaran manusia yang merasa cukup dengan Islam, cukup.
Ummu sulaim, dengan cinta dan keyakinannya itu pada Islam. Menititpkan Ananda Anas bin Malik untuk membantu keseharian nabi Muhammad, di lain kondisi parawanita mampu memberikan harta benda. Ibunda Anas bin Malik, meminta kepada Nabi Muhammad agar permata hati yang baginya amat berharga itu tinggal dan membatu Nabi Muhammad, meski Ummu Sulaim kemudian hidup sendiri kala itu. Alhasil, dari keputusan Ummu Sulaim itu, nama Anas bin Malik sering kita dengan dalam periwayatan Hadis.
Kemudian Ust Bachtiar Nashir, juga berkisah tentang sahabat yang lain yang merasa cukup dengan Islam untuk mengingatkan para pendengar, jamaah Tabligh Akbar yang bertajuk Bekerja untuk Jogja tersebut agar merasa cukup dengan Islam, terutama dalam pandangan hidup. Sebab yang seperti kita tahu Islam, agama yang kita anut ini sudah sempurna, sehingga dalam pandangan hidup kita harus merasa cukup dan tanpa ragu memandang sesuatu dengan cara pandang Islam.
Terakhir Ust Bachtiar Nashir, berpesan bahwa orang Islam yang memandang persolan tidak dengan sudut pandang pandangan Islam, sesungguhnya ia sedang berhenti menjadi Muslim.
Bangga terlahir jadi Muslim
ReplyDelete