Sabtu, 8 Maret 2014 santri Pondok Pesantren Asy-Syifa’ Muhammadiyah
mengikuti Di klatsar KOKAM (Pendidikan dan Latihan Dasar Komando Kesiapsiagaan
Angkatan Muda Muhammadiyah) yang diselenggarakan oleh KOKAM Bambanglipuro.
Keikutsertaan santri ini bukan menjadi hal yang tanpa dasar.
Gagasan kokamisasi santri ini merupakan ide yang sekali merengkuh
dayung, dua tiga pulau terlampaui. Apa saja tujuan dari kokamisasi santri ini ?
Berikut wawancara redaksi kokamedia kepada Ustadz Budi Nurastowo Bintriman,
Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syifa’ Muhammadiyah.
Apa yang melatarbelakangi kokamisasi santri Pondok Pesantren Asy-Syifa’
Muhammadiyah ?
Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti Musyarawah Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Bantul di Blawong, Jetis. Ada salah seorang tokoh Pemuda
Muhammadiyah yang pada waktu itu memaparkan, bahwa kader (pemuda) muhammadiyah
cenderung stagnan secara kuantitas, namun tidak untuk KOKAM. Menurutnya KOKAM
memiliki kader yang cenderung naik. Sehingga dari hal itu, saya berkesimpulan
KOKAM sebagai persemaian kader, memiliki sisi yang menarik minat pemuda.
Sejauh yang kami tahu ide ini sudah diterapkan di salah satu pondok,
yakni MBS Prambanan Sleman Yogyakarta. Apa tanggapan Ustadz ?
Format kokamisasi santri di pondok kami adalah kokam tidak sekedar
menjadi kegiatan bagi santri. Namun ketika menuntut ilmu di madrasah (sekolah
–red) pun santri diwajibkan menggunakan seragam loreng KOKAM, berangkat ke
madrasah dan pulangnya dalam suasana militer, belajar di kelas dalam suasana
militer, pada hari Jum’at dan Sabtu, sehingga pribadi mereka ditempa dalam
kedisiplinan dan jiwa patriotik. Jika memang di pondok pesantren lain demikian,
itu hal bagus. Berarti hal ini bukan menjadi asumsi pribadi saya. Maka wacana
KOKAM masuk dalam Pondok Pesantren, perlu dihamparkan karpet merah. Hal ini
tentu akan mengoptimalkan peran KOKAM sebagai persemain kader persyarikatan
dari sisi manapun.
Di Pondok Pesantren ini ada MTs dan MA, apakah semua akan dikokamkan ?
Dilihat dari segi usia, tentu saja tidak. Di pondok Pesantren Asy-Syifa’
Muhammadiyah ini yang dikokamkan adalah yang tingkat aliyah saja (Madrasah
Aliyah). Hal ini selain karena postur tubuh santri tingkat MTs cenderung masih
kecil, walaupun ada beberapa yang sudah layak masuk KOKAM yang kelas IX. Namun,
kokamisasi santri ini sekaligus menjadi pembeda antara santri tingkat
tsanawiyah dan aliyah, sehingga santri memiliki kebanggaan tersendiri ketika
naik ke tingkat aliyah. Jadi, selain sebagai persemaian kader, kokamisasi
santri ini juga bisa menambah daya tarik madrasah aliyah.
Kenapa KOKAM, kenapa bukan unsur Muhammadiyah yang lain ?
Seperti saya sampaikan tadi, KOKAM adalah tempat persemaian kader.
Banyak kelebihannya namun tetap ada kekurangannya juga. Kekurangan yang
sebenarnya masih bisa kita atasi. Yakni secara kualitas. Dalam beberapa event
di lingkungan pesantren, AUM, dan Pimpinan Daerah, saya (selalu) menjumpai
personil KOKAM ini cenderung semakin samar fungsinya, semisal menjadi (maaf)
“Parking Man” atau tukang parkir. Hal ini sah-sah saja, namun harus dipandang
itu sebagai sebagian fungsi dari KOKAM, sebagian fungsi kecil saja. Seorang
kader KOKAM, hendaknya bisa menjadi kader berkualitas dalam bidangnya
masing-masing : ada yang ahli tarjih, paham pengobatan nabawi, organisatoris
dan advokasi atau fungsi-fungsi strategis dalam dakwah lainnya. Mengingat
kemampuan masing-masing personil berbeda-beda maka dalam hal ini tidak harus di
atas mimbar.
Terakhir, apa pesan Ustadz untuk seluruh pembaca khususnya kepada
Anggota KOKAM ?
Kokamisasi santri ini adalah langkah sekali merengkuh dayung, dua atau
tiga pulau terlampaui. KOKAM sebagai persemaian kader bisa tambah optimal
dengan masuk di dunia pendidikan (pesantren). Di sisi lain, bagi madrasah bisa
menjadi salah satu cara menarik santri, juga membentuk perangai yang baik.
Kokamisai santri atau pelajar, juga bisa berfungsi untuk meredam potensi
tawuran antar pelajar sekolah-sekolah Muhammadiyah. Kedua hal itu tentunya bisa
menjadi jawaban bagi peran KOKAM agar semakin leluasa dan intelek gerak
dakwahnya, untuk menjawab tantangan abad ke-dua Muhammadiyah dan mengawalnya. KOKAM
selain sigap dan cakap, juga intelek dan sholeh. Wallahu a’lam.