Setiap lelaki pasti menghendaki memiliki pasangan hidup yang cantik, dan banyak pula cara yang ditempuh oleh para lelaki untuk mendapatkan gadis yang diidamkan. Entah cara yang baik atau buruk, benar atau salah.
Mari kita amati bersama tulisan Farid Ma’ruf yang kami kutip dari islampos.com berikut ini :
ADA seorang gadis cantik yang luar biasa mempesona, tiada duanya di dunia sehingga sebagian orang menganggapnya laksana bidadari yang turun ke dunia. Namanya : Siti.
Ada beberapa pemuda yang sangat ingin mengawini gadis tersebut.
Pemuda mana yang berpeluang berhasil?
1. Pemuda I, tiap hari mengucapkan beberapa kalimat sebagai berikut sebanyak 1000 kali. Diucapkan di kamarnya (tidak kepada Siti).:
a. “Aku cinta Siti.”
b. “Siti, engkaulah pujaan hatiku.”
c. “Siti, jadilah istriku!”
2. Pemuda II, pada suatu malam (tengah malam) datang mengendap-endap ke rumah Siti. Dengan tangga, ia naik ke lantai dua tempat kamar Siti berada. Siti ia bekap, kemudian ia bawa lari. Dalam penculikan tersebut, Siti ia kawini.
3. Pemuda III, ia mengajak Siti taaruf, kemudian melamarnya. Setelah lamaran diterima, maka kemudian ada akad nikah. Si pemuda III pun mengawini Siti.
Mana yang akan berhasil?
1. Pemuda I jelas akan gagal. Ia tidak menjalankan metode yang benar dalam upaya mengawini Siti. Bahkan cara yang ia tempuh tidak bisa disebut sebagai metode.
2. Pemuda II berpeluang berhasil. Tindakan yang ia lakukan adalah metode yang bisa mengantarkan pada keberhasilan mengawini Siti. Tapi, metode tersebut jelas bertentangan dengan ajaran agama.
3. Pemuda III berpeluang berhasil. Tindakan yang ia lakukan adalah metode yang bisa mengantarkan pada keberhasilan mengawini Siti. Metode tersebut juga sesuai dengan ajaran agama.
Begitu pula dalam perjuangan menegakkan syariah Islam. Ada sebagian umat Islam yang melakukan cara ala Pemuda I. Mereka hanya mencukupkan diri pada aktivitas ritual-ritual semacam doa bersama, ibadah, dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan perubahan sistem negara.
Ada sebagian umat Islam yang melakukan cara ala Pemuda II. Mereka menempuh cara yang memang bisa mengantarkan kepada keberhasilan mengubah sistem negara. Tetapi cara tersebut bertentangan dengan syariah Islam. Misalnya : kudeta militer bersenjata, people power, dan lain sebagainya.
Ada pula yang melakukan cara ala Pemuda III. Umat Islam yang menempuh cara ini memastikan dahulu bahwa cara tersebut memang akan mengantarkan kepada keberhasilan, serta sesuai dengan contoh dari Rasulullah SAW. Caranya yaitu dengan melakukan thalab an-nushrah. Nabi telah meminta nushrah kepada Bani Kindah, Bani Hanifah, Bani Amir bin Sha’sha’ah, Bani Tsaqif di Taif, dan Bani-bani lain, hingga akhirnya berhasil mendapatkannya dari suku Aus dan Khazraj. Keberhasilan thalab an-nushrah yang terakhir ini ditandai dengan peristiwa Bai’at ‘Aqabah I dan II.
Tugas kita adalah menyadarkan umat bahwa kita harus menempuh cara ala Pemuda III. Karena hanya cara ala pemuda III tersebut yang akan mengantarkan kepada keberhasilan dan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Di posisi mana Anda sekarang berada?