Siang itu, Ahad 23 Februari 2014, Surahman menepi menjauhi pendopo agrowisata tempat dilaksanakannya Silaturahmi dan Sarasehan KOKAM DIY. Ia mengambil makan siang dan duduk di atas kursi plastik di bawah pohon beringin timur Pendopo itu. Siapakah sebenarnya anggota KOKAM bernama Surahman ini?
Kulitnya sawo matang, rambutnya sudah putih dan jumlahnya mulai berkurang di bagian kepala depan. Dengan tersenyum beliau perlihatkan rambut putihnya itu kepada kokam.or.id, dengan membuka topinya.
"Lihat mas, rambutku tak hitam lagi bukan?" katanya.
Benar, beliau adalah KOKAM TERTUA se-DIY, yang masih aktif, khususnya tertua yang berangkat pada acara Silaturahmi dan Sarasehan KOKAM DIY ahad lalu di Daerah Agrowisata, Sleman DIY. Saat acara itu panitia mengadakan sayembara, bagi anggota KOKAM yang usianya paling tua akan diberi kenang-kenangan.
Tentunya maksud panitia tidak sekedar itu, mari kita lihat dari diri kita. Di masa yang masih muda dan belia ini, yang masih tahan terhadap hujan dan panas, barangkali kita masih sering berdalih untuk menghindari kegiatan atau merasa tua?
Dari otot Pak Surahman yang semakin tidak kencang, kita belajar bahwa beliau memang sudah tidak muda lagi. Namun sampainya beliau di acara tersebut mengabarkan kepada kita sekencang apa semangatnya. Sebesar apa semangat juangnya.
Dari sorot matanya yang kian cekung, kita belajar bertapa tekatnya yang tajam. Hingga usia, keluarga, pekerjaan dan kesimbukan lain tidak mengurungkan jiwa baret merahnya untuk menghadiri kegitan KOKAM DIY ini. Membawanya dari daerah Sedogan Sleman ke lokasi kegiatan KOKAM
"Saya sudah punya cucu mas.." tuturnya mantab.
Beliau sudah aktif di KOKAM sejak waktu yang beliau sendiri tidak ingat, seingat beliau sudah aktif sejak muda. Waktu masih senggang hingga kini beliau bekerja sebagai tenaga pengaman di sebuah situs bersejarah di Daerah istimewa Yogyakarta.
"Saya pamit dulu, setelah ini saya langsung bertugas" katanya berpamitan
Pak Surahman, diatas kertas usiamu 50.. namun seingatmu usiamu lebih tua sekitar 5 tahun..
Pak Surahman.. kapan engkau pensiun?
Menjadi KOKAM memang tak kenal pensiun.